Teori Kabut

Pada tahun 1755, Immanuel Kant mengemukakan suatu teorinya mengenai kosmogoni dalam tulisannya berjudul “Theorie de Himmels“. Teori ini didasarkan atas suatu kenyataan, yaitu planet-planet yang beredar mengelilingi matahari dengan arah yang sama, dimana lintasan-lintasannya hampir berupa lingkaran, dan terletak pada suatu bidang datar.

Susunan matahari (solar system) pada mulanya merupakan bola gas raksasa

Immanuel Kant, 1755


Kemudian pada tahun 1795, Piere Simon Laplace mengemukakan teori kabut tentang terjadinya zonnestelsel atau susunan matahari.

Ruangan yang mahaluas, tempat susunan matahari kita yang sekarang ini, dahulu kala terdiri dari kabut gas yang mahabanyak, yang menyerupai bola yang sangat besar. Diameternya kira-kira sama dengan diameter lintasan planet paling luar.

Laplace, 1795

Yang dimaksud dengan zonnestelsel atau susunan matahari yaitu sebagai berikut,

  1. matahari, sebagai pusat inti;
  2. planet-planet yang beredar mengelilingi matahari;
  3. komet; dan
  4. meteor.

Kabut gas yang dimaksud Laplace memiliki suhu yang sangat tinggi dan berputar mengelilingi sumbunya. Kabut gas memancarkan panasnya ke jagad raya yang cenderung memiliki suhu lebih rendah, sehingga kabut gas berangsur-angsur dingin lalu mengkerut dan mampat. Pengerutan kabut mengakibatkan adanya peningkatan kecepatan perputaran sumbu, sehingga kedua kutub menjadi pepat dan khatulistiwa menjadi menonjol keluar.

Pengerutan terjadi secara terus menerus, tetapi karena gaya yang terjadi dari inti kabut tidak cukup kuat pada bagian tepi khatulistiwa dapat mengakibatkan terbentuknya cincin kabut yang juga berputar mengelilingi inti kabut.

Apabila cincin tersebut patah, bagian yang termampatkan dan tertebal akan menarik bagian-bagian yang lebih kecil sehingga terkumpul menjadi gumlapan kabut kecil yang berbenuk bola dan terpisah dengan intinya. Gumpalan inilah yang disebut dengan planet terluar. Pendinginan dan pengerutan akan berlangsung terus menerus hingga planet tersebut menjadi benda padat.


Referensi :

Simamora, P. 1985. Ilmu Bumi Alam. Jakarta: CV. Pedjuang Bangsa

Leave a comment