Hipotesis Magma Primer

Magma dapat didefinisikan sebagai cairan atau larutan silikat pijar yang terbentuk secara alamiah, bersifat mudah bergerak, dan memiliki temperatur antara 900°C hingga 1.100°C. Magma terbentuk pada kerak bumi bagian bawah hingga selubung bagian atas.

Magma berasal dari peleburan lokal pada kerak bagian bawah atau lower crust hingga selubung atas atau upper mantle dan bukan pada inti bumi.

Daly (1993) memaparkan beberapa hipotesis mengenai magma primer, yaitu

  1. Magma yang terisolasi pada earth shell bersifat heterogen dan dapat dianggap mewarisi keadaan bumi semula. Karena adanya pengaruh tekanan relief yang memadai, maka terbentuk liquid faction secara setempat dan berasal dari bahan habluran. Pencairan batuan dapat dipengaruhi oleh tenaga panas yang diakibatkan oleh gesekan pencenanggaan (deformasi) dan peluruhan mineral radioaktif. Surutnya gas secara setempat pun dapat menyebabkan terpisahnya magma, dan secara umum magma jenis ini menggambarkan suatu lidah cair yang terperas ke atas dari asalnya yang jauh di daerah habluran di bawah permukaan bumi.
  2. Magma yang bersifat homogen, misalnya basalan habluran atau eklogit yang meleleh, perubahan basaltic durovitreous menjadi liquid vitreous akibat susutnya gas secara setempat, basalan yang tetap vitreous kecuali pada bagian upper shell dimana bahan telah menghablur, peridotite habluran dan karena pelelehan setempat akan menyebabkan terjadinya cairan basalan, serta liquid vitreous peridotite.
  3. Dua magma primer tanpa spesifikasi awal, yaitu magma granitik dan magma basaltik.

Sumber : Alzwar, M., Samodra, H., dan Jonathan J.T. 1988 . Ilmu Gunung Api. Bandung : Penerbit Nova.

Leave a comment